Rabu, 02 Februari 2011

TEKNOLOGI SEBAGAI MIKROKOSMOS DALAM KEHIDUPAN MANUSIA (Sebuah Tantangan dan Harapan Tentang Kajian Surat Ar-Rahman : 33)

TEKNOLOGI SEBAGAI MIKROKOSMOS DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
(Sebuah Tantangan dan Harapan Tentang Kajian Surat Ar-Rahman : 33)

Oleh : Safrudin, S.Sos.I


Ž|³÷èyJ»tƒ Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0
Artinya : “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (QS. Arrahman : 33)

A.    PENDAHULUAN
Islam sebagai agama yang universal, sangat syarat dengan muatan, tauhid, hukum bahkan teknologi yang menjadi keunggulan peradaban manusia telah mendapatkan tempat yang istimewa dalam agama ini. Hal ini sebagaimana yang tertuang pada surat Arrahman ayat : 33 di atas.
Perkembangan pola pikir manusia dari dimensi normatif, telah memberikan suatu dasar dalam melestarikan ajaran agama. Namun kadangkala keberpihakan pada hal-hal yang normatif ini selalu saja mendapatkan kritik dari kalangan konservatif yang disinyalir sebagai penyebab kemandegan dalam gerakan pemikiran dewasa ini.
Perkembangan teknologi yang memberikan kemudahan dalam berbagai hal terhadap manusia kadang kala tidak terpikirkan oleh umat. Yang sebenarnya hal semacam ini (teknologi) jelas-jelas oleh Allah SWT telah memberikan jalan kepada umat manusia untuk senantiasa berpikir.

B.     PERMASALAHAN
Sebagaimana yang tersirat pada ayat di atas bahwa manusia secara kodrati telah dibekali oleh Allah SWT dengan akal untuuk senantiasa berfikir sehingga menjadi khoirul ummah dalam percaturan kehidupan di dunia. Berfikir adalah suatu tindakan yang diharapkan dapat merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dan mampu menghasilkan suatu kemudahan dan penyelesaian dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang termaktub dalam surat Ar-Rahman di atas bahwa secara logika manusia tidak mampu untuk menembus langit tanpa menggunakan alat bantu. Di sinilah manusia dengan akalnya untuk berfikir bagaimana kita mampu untuk menembus langit dan bumi. Sehingga seiring dengan dengan perkembangan peradaban manusia dituntut untuk mampu menciptakan teknologi pesawat terbang. Namun sangat disayangkan kadangkala perkembangan teknologi tidak menjadikan kemaslahatan bagi manusia namun justru menjadi kemadhorotan dan penyebab degredasi nilai-nilai terhadap sesuatu yang transenden. Inilah sebuah permasalahan yang menantang dihadapan kita, bagaimana kita memformulasikan sebuah teknologi benar-benar mampu menjadi kemaslahatan bagi kita sekaliguss sebagai instrumen yang memberikan kemudahan manusia dalam beraktifitas.

C.    PEMBAHASAN
Berangkat dari tuntutan manusia akan kemudahan dalam segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari maka muncullah berbagai sarana penunjang. Keinginan masyarakat akan informasi yang cepat dan akurat dalam kehidupan ini maka diciptakan alat komunikasi dan transportasi, sehingga mampu melintasi berbagai sektor.
Suatu kecenderungan manusia akan ketidakpuasan dalam bentuk materi adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan. Fenomena ini yang menyebabkan perkembangan dan tuntutan akan sebuah teknologi yang mampu memberikan sebuah pelengkap (seplemen) sehingga kehidupan manusia memperoleh sebuah tempat yang sangat istimewa. Betapa tidak bahwa seiring dengan tuntutan manusia akan materi, manusia tidak akan merasa puasa sampai pada satu titik. Manusia selalu mengalami kecenderungan untuk mendapatkan sesuatu yang serba lebih. Sebuah contoh alat transportasi dulu cukup dengan menggunakan kuda atau dokar, namun karena dilihat dari segi efektifitas kurang maka diciptakan alat transportasi menggunakan mesin yang diyakini bahwa mesin ini selangkah lebih maju dan unggul. Keinginan untuk memperoleh sebuah hiburan berupa film maka diciptakan sebuah player dan alat pemutaran film yang lain. Ketika teknologi ini mulai  menjadi hal yang tidak istimewa bagi masyarakat maka diciptakan teknologi baru berupa playstation, internet dan sebagainya.
Inilah kecenderungan manusia yang tidak pernah puas akan sebuah teknologi yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Hal ini tidak dirasakan oleh orang lain namun juga dirasakan oleh si pencipta sendiri. Komputer setelah mampu diciptakan sebagai sebuah instrumen yang diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam aktifitas, oleh si pembuat program diusahakan agar dapat memberikan tampilan dan efek yang lebih dari sebuah keinginan dan khayalan yang pernah didambakan.
Namun bagaimana relevansinya sebuah teknologi dengan ayat di atas ? Bahwa Al-Qur’an tidak memberikan poin-poin yang mendetail tentang sebuah teknologi, namun hanya memberikan sebuah pemahaman dan langkah yang memerlukan sebuah pemikiran ulang dari manusia. Di sinilah peran kita sebagai manusia yang mempunyai akal untuk berfikir. Lalu bagaimana dengan teknologi yang berkembang tidak mampu memberikan sebuah tuntunan terhadap manusia ? Apakah ini tetap relevan dengan Ajaran Islam (kitab suci) sebagaimana ayat di atas ? Inilah pertanyaan yang muncul dari kita.
Sebagaimana di uraikan di atas bahwa manuusia tidak pernah menemukan sebuah titik puncak dari kepuasan dalam hidup. Bahkan manusia punya kecenderungan membabi buta dalam segala hal yang penting keinginan akan materi semuanya terpenuhi, tanpa menghiraukan apakah itu sesuai dengan dirinya atau tidak. Di sinilah permasalah yang akan muncul. Manusia tidak memperhatikan akan efek dan resiko yang akan muncul dari kecenderungan ini. “Allah SWT tidak menyukai dengan orang yang suka berlebih-lebihan” ini adalah sebuah anti tesis dari kecenderungan akan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sebenarnya Allah SWT tidak melarang manusia mengalami perkembangan teknologi yang akan mengikis habis sebuah norma-norma agama yang ada pada akhirnya akan membawa umat manusia pada sebuah titik krisis moral dan krisis etika.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Aris Toteles “bahwa manusia adalah selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial”. Sebagai makhluk sosial maka dituntut untuk bersentuhan dengan lingkungan dan masyarakat yang lain. Ketika sudah bersentuhan dengan masyarakat yang lain maka dibutuhkan sebuah “kontrak sosial” sehingga tidak akan terjadi pemaksaan akan hak masing-masing individu, namun yang diharapkan adanya balance antara hak dan kewajiban. Tatkala terjadi kontrak sosial maka yang akan berkembang adalah peradaban. Peradaban manusia sekarang adalah sebuah evolusi nenek moyang kita dari zaman prasejarah. Pertanian misalnya yang dulu digarap dengan cara tradisional sekarang dilaksanakan dengan cara yang lebih canggih dengan ditemukan alat pembajak sawah dan obat-obatan yang diharapkan mampu menghasilkan buah dan hasil yang baik dalam waktu yang relatif pendek.

D.    PENUTUP
…kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Ayat ini telah memberikan ruang gerak yang sangat luas terhadap manusia, dengan bermodal kekuatan. Namun kekuatan yang bagaimana tentunya adalah kekuatan akan akal yang logis.
Demikianlah sekelumit makalah tentang kajian surat Ar-Rahman : 33 yang masih memerlukan sebuah dekonstruksi dalam penggalian akan sebuah pemikiran dan pengembangan akal.

REFERENSI
Prof. Dr. Quraish Shihab : Membumikan Al-Qur’an
PMB PAI
Pendidikan Agama Islam Kelas II dan III untuk SMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar