TAUHID DAN MOTIVASI KERJA
A. PENDAHULUAN
Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu sangatlah urgen bagi kita untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid.
Selama ini, kita seakan telah bertauhid mengesakan Allah swt. Tetapi apakah pentauhidan itu benar-benar mengakar dalam praktik kerja kehidupan kita? Masih susah memastikannya. Dari makalah inilah terlihat, bahwa sebenarnya, telah terjadi pemisahan besar, antara pengesaan kita terhadap Allah swt pada level aqidah ketuhanan (tauhid uluhiyah), dengan penauhidan kita terhadap Allah swt dalam susah-senang kehidupan (tauhid Rububiyah). Keduanya ternyata saling mensyaratkan; keyakinan kita kepada Allah swt sebagai Tuhan, harus dibarengi dengan keyakinan bahwa Allah SWT-lah yang mengatur, mengurusi, dan membimbing segenap praktik hidup, mulai dari soal rezeki, karir, jodoh, nasib, cita-cita, dsb. Jadi, menurut hikmah ini, seorang muslim belum bertauhid, selama ia masih meyakini bahwa kerjanya itulah (bukan Allah swt) yang memberi rezeki.
Seorang Muslim boleh taat sholat, tetapi ketika ia lebih takut kepada (PHK) atasannya, daripada keyakinan dia akan Maha Pemberi Rezeki (Allah swt), maka ia bisa dikatakan lebih menuhankan si bos tersebut, daripada Allah swt. Pada titik inilah, seluruh sholatnya sia-sia, karena ia tak sepenuhnya menghadapkan diri ke Haribaan-Nya. Hal sama terjadi pada level syar’i. Ketika seorang Muslim mengikrarkan diri bertauhid, namun dalam kerjanya tidak sesuai dengan aturan Allah SWT, maka ia belum disebut bertauhid. Penuhanan Allah swt pada level batin dan ibadah ritual, haruslah dibuktikan dengan penuhanan Allah swt, melalui jalan hidup yang sesuai dengan syari’at-Nya. Sebelum Membahas lebih luas tentang tauhid dan motivasi kerja disini akan kaji pengertian tauhid dan motivasi kerja
B. ARTI TAUHID
Tauhid adalah mengesakan hanya satu Tuhan (Allah) Teisme.[1] Meyakini keesaan Allah dalam rububiyah, ikhlas beribadah kepadaNya, serta menetapkan bagiNya nama-nama dan sifatnya.[2] Suatu perkara terbesar berkenaan dengan diutusnya para rasul dari yang pertama hingga terakhir adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadah kepada selain Allah (syirik dan tandid). Hal ini bisa dilihat di dalam firman Allah berikut ini
!$tBur $uZù=yör& `ÏB Î=ö6s% `ÏB @Aqߧ wÎ) ûÓÇrqçR Ïmøs9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbrßç7ôã$$sù ÇËÎÈ
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (Q.S Al Anbiya’)[3]
Demikianlah al-Qur’an dalam berbagai pembicaraan dan cerita yang dikemukakannya selalu menjelaskan bahwa tauhid adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul. Setelah itu, baru turun hukum-hukum dan syari’at, turun penjelasan tentang halal dan haram. Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk melakukan ibadah, bahkan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah saja, sebagaimana firman Allah;
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S 56)[4]
Kata menyembah-Ku, pada ayat diatas mempunyai maksud men-tauhid-kan-Ku. Adapun Tauhid itu sendiri berarti mengesakan Allah dalam peribadatan. Untuk memahami konsep ini secara utuh, maka kita harus terlebih dahulu memahami pembagian tauhid, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Asma’ wa Shifat
C. Macam Macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyyah
Yaitu tauhid yang tetap diyakini oleh orang-orang kafir tetapi tidak menjadikan mereka sebagai Muslim. Pengertian tauhid ini adalah menetapkan bahwa Allah adalah Pencipta, Yang memberi rizki, Yang menghidupkan dan Yang mematikan, dan Yang mengurus seluruh persoalan.[5] Dan penetapan hal-hal ini untuk Allah tidak menyebabkan mereka menjadi Muslim, karena mereka masih menyembah berhala atau kuburan orang-orang yang shalih dengan mengadakan penyembelihan di tempat tersebut, memita pertolongan kepada mereka dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
$tB öNèdßç6÷ètR wÎ) !$tRqç/Ìhs)ãÏ9 n<Î) «!$# #s"ø9ã
Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". [6]
2. Tauhid Uluhiyah (Tauhid Ibadah)
Tauhid uluhiyah yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat Taqarrub yang syar’atkan. Tauhid ini adalah tauhid yang diserukan oleh para rasul yang mulia agar manusia menetapkan dan mentaati tauhid uluhiyah.[7] Makna Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan allah dalam peribadatan. Adapun macam-macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah antara shalat, zakat, puasa, hajji, dan juga berdo’a, sebagaimana firman Allah.
tA$s%ur ãNà6/u þÎTqãã÷$# ó=ÉftGór& ö/ä3s9 4 ¨bÎ) úïÏ%©!$# tbrçÉ9õ3tGó¡o ô`tã ÎAy$t6Ïã tbqè=äzôuy tL©èygy_ úïÌÅz#y ÇÏÉÈ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (al-Mukmin:60)[8]
Pengesaan Allah dalam hal Itba’, thaat, dan meminta keputusan hukum termasuk ke dalam mengesakan Allah dalam hal ibadah –yang disebut juga dengan tauhid uluhiyyah– sebagaimana mengesakan Allah dengan shalat, do’a dan macam-macam ibadah lainnya yang tersebut di atas. Firman Allah swt;
xsù y7În/uur w cqãYÏB÷sã 4Ó®Lym x8qßJÅj3ysã $yJÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO w (#rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB |MøÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ
.
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (an-Nisa’:65)[9]
Segala sesuatu yang diikuti, ditaati, dimintai keputusan hukum selain dari Allah baik ia dari golongan syetan, manusia yang masih hidup maupun yang sudah mati, binatang, benda-benda mati seperti batu, pohon atau planet (bintang), baik disembah dengan mengorbankan binatang, berdo’a kepadanya, atau shalat kepadanya, maka ia menjadi thaghut yang disembah selain dari Allah [10]. Adapun orang yang mentaati, mengikuti dan meminta putusan hukum kepada selain Allah, maka ia menjadi hamba thaghut [11]. Dari berbagai pendapat tersebut di muka saya simpulkan; Definsi makna thaghut yang paling umum adalah pendapat yang menyatakan, “Thaghut adalah segala selain Allah yang disembah”, yakni pendapat Imam Malik. Pendapat yang menyatakan bahwa thaghut adalah syetan, adalah pendapatnya mayoritas shahabat dan tabi’in. Adapun pendapat-pendapat yang lain merupakan cabang dari kedua pendapat umum tersebut. Dua pendapat itu merujuk kepada satu dasar yang memiliki segi dhahir dan hakikat. Orang yang melihat dari segi dhahirnya ia akan mengatakan, “Thaghut adalah segala selain Allah yang disembah”. Sedangkan orang yang melihat dari segi hakekat ia akan mengatakan, “Thaghut adalah syetan”. Sebab syetan adalah makhluk yang selalu mengajak untuk menyembah selain dari Allah, sebagaimana ia mengajak untuk mengikuti segala bentuk kekafiran. Firman Allah
óOs9r& ts? !$¯Rr& $uZù=yör& tûüÏÜ»u¤±9$# n?tã tûïÍÏÿ»s3ø9$# öNèdàss? #xr& ÇÑÌÈ
Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma`siat dengan sungguh-sungguh? Q.S. (Maryam:83)
Maka setiap orang yang kufur, dan setiap orang yang menyembah selain dari Allah adalah akibat dari tazyin syetan. Setiap orang yang menyembah selain Allah hakekatnya ia adalah menyembah syetan, sebagaimana firman Allah
* óOs9r& ôygôãr& öNä3ös9Î) ûÓÍ_t6»t tPy#uä cr& w (#rßç7÷ès? z`»sÜø¤±9$# ( ¼çm¯RÎ) ö/ä3s9 Arßtã ×ûüÎ7B ÇÏÉÈ
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? (Yasin:60)
Karena itu syetan adalah thaghut yang terbesar. Setiap orang yang menyembah berhala, baik berupa batu, kayu, atau manusia, sesungguhnya ia adalah menyembah syetan. Dan setiap orang yang berhukum kepada manusia atau undang-undang positif, atau undang-undang selain buatan Allah, maka sesungguhnya ia telah berhukum kepada syetan. Dan inilah makna berhukum kepada thaghut
Maka kufur terhadap thaghut adalah rukun pertama di antara rukun tauhid, berdasarkan kepada dua hal:
Pertama, berdasarkan pada nash-nash syara’ yang mendahulukan penyebutan kufur terhadap taghut daripada iman kepada Allah, sebagaimana di dalam firman Allah:
4 `yJsù öàÿõ3t ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãur «!$$Î/ Ïs)sù y7|¡ôJtGó$# Íouróãèø9$$Î/ 4s+øOâqø9$# w tP$|ÁÏÿR$# $olm;
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[12] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.(al-Baqarah:256).
Demikian juga dalam ucapan syahadat tauhid, laa ilaha illallah. Dalam ucapan itu lebih didahulukannya penafian terhadap ilah bisa difahami sebagai bentuk kufur terhadap thaghut lebih dikedepankan daripada penetapan (itsbat) yang bermakna iman kepada Allah.
Kedua, dan inilah yang lebih penting, bahwa iman dan amal shalih lainnya apabila tidak disertai dengan kekufuran terhadap thaghut manjadi tidak ada manfaatnya bagi pelakunya. Seorang yang beriman kepada Allah dan juga beriman kepada thaghut maka ia seperti orang yang membawa sesuatu dan lawannya dalam waktu yang sama, maka akibatnya pelaku itu tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari imannya dan dari amal shalih yang dilakukannya sampai ia mengingkari thaghut, sebagaimana firman Allah
4 öqs9ur (#qä.uõ°r& xÝÎ6yss9 Oßg÷Ztã $¨B (#qçR%x. tbqè=yJ÷èt ÇÑÑÈ
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (al-An’am:88)
Apabila ada orang yang berkata, kami muslim, kami berpuasa, shalat, dan berhaji, tetapi kami dalam urusan harta ingin mengambil ajaran Taurat, sebab ajaran itu mudah, ringan dan jelas. Kalau ada orang yang mengatakan demikian maka berarti ia telah kufur terhadap al-Qur’an dan din secara keseluruhan. Pernyataan tersebut membatalkan keimanan, dan yang mengatakannya menjadi murtad dari agama Islam.
3. Tauhid Asma’ Wa Shifat
Tauhid asma’ wa sifat Yaitu beriman kepada asma’ Allah yang indah, dan sifat-Nya yang mulia, sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an dan ditetapkan oleh Rasulullah saw tanpa tahrif, ta’thil, takyif[13] dan tamtsil.[14] Asma’ dan sifat itu harus ditetapkan sebagaimana dijelaskan tanpa bertanya bagaimana, dan disertai dengan keimanan terhadap makna agung yang ditunjukkannya. Itulah sifat-sifat Allah, yang harus disifatkan demikian secara layak, dan tidak oleh diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Allah berfirman
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [الشورى : 11]،
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (as-Syura:11)
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menetapkan asma’ dan sifat bagi Allah sebagaimana yang Dia tetapkan untuk Diri-Nya sendiri di dalam kitab-Nya, atau yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad saw di dalam sunnah beliau yang shahih. Mereka mensucikan nama-nama Allah dari musyabahah (penyerupaan) terhadap makhluk-Nya, dengan metode penyucian yang terlepas dari ta’thil (peniadaan). Dengan demikian mereka bisa selamat dari paradoks dan mereka mengamalkan semua hal berdasarkan kepada dalil-dalil. Inilah sunnatullah bagi orang yang berpegang teguh pada kebenaran yang dibawa oleh Rasul-Nya, sunnatullah bagi orang yang mencurahkan kekuatannya untuk berpegang teguh pada al-haq, dan ikhlas dalam memohon kepada Allah agar Dia memberi taufiq pada al-haq, dan menampakkan hujjah-Nya sebagaimana firman Allah;
ö@t/ ß$Éø)tR Èd,ptø:$$Î/ n?tã È@ÏÜ»t7ø9$# ¼çmäótBôusù #sÎ*sù uqèd ×,Ïd#y
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. (al-Anbiya’:18)
Seseorang menjadi kafir atau rusak imannya apabila menafikan asma’ dan sifat yang ditetapkan sendiri oleh Allah atau ditetapkan oleh Rasulullah saw. Sebagaimana firman Allah, “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Allah memiliki sifat-sifat yang sempurna dan agung. Segala asma’ dan sifat yang diterangkan di dalam Kitabullah dan Sunnah, maka hal itu menunjukkan kepada makna yang demikian. Meskipun oleh sebagian kalangan dinyatakan mustahil karena tidak masuk akal dan adanya sebagian asma dan sifat itu justru merendahkan Allah, atau meniadakan sebagian sifat yang tidak masuk akal itu adalah untuk mensucikan Allah, menurut pengakuan mereka.
Orang yang menafikan asma dan sifat Allah, tak diragukan lagi ia telah keluar dari din ini, keluar dari iman, tentunya tergantung pada sejauh mana ia melakukan penyimpangan. Ada di antara mereka yang hanya keluar secara parsial dan ada pula yang keluar secara keseluruhan, kepada Allahlah kita berlindung dari kekeliruan tersebut.
Dalam masalah ini telah terjadi kekacauan sejak masa lalu sehingga muncul kelompok-kelompok sesat, dilihat dari kaca mata tauhid, khususnya dalam Asma’ wa sifat Allah. Di antara kelompok sesat itu adalah Jahmiyah yang menafikan Asma’ wa sifat, Mu’tazilah yang menetapkan adanya asma Allah tetapi menafikan sifat Allah, Asy’ariyyah yang menetapkan asma Allah dan sebagian sifat tetapi menafikan sebagian sifat yang lain. Yang benar dan yang lurus, adalah pendapat salafus shalih, yang menetapkan segala yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tanpa ta’thil, takyif, tahrif dan tamtsil. Mereka mengatakan bahwa asma’ dan sifat Allah itu, Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (as-Syura:11)
D. MOTIVASI KERJA
Dalam setiap aktivitasnya, setiap orang pasti di pengaruhi oleh sebuah motifasi. Motifasi merupakan daya pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu terlepas dari apakah sesuatu tersebut dapat berhasil secara maksimal atau tidak. Disadari atau tidak motifasi itu berpengaruh besar terhadap model kerja atau aktifitas yang dilakukan.
Apabila ditinjau secara epistemology, kita dapat menjumpai dalam banyak literature yang berbicara tentang hal ini khususnya dalam literature barat, karena bemang harus di akui bahwa ilmu tentang motifasi lebih berkembang pada kawasan barat. Kita bisa membaca, missal buku yang di karang oleh Mc Donald dan penulis barat yang lainya yang banyak mengupas seputar permasalahan motifasi.
Pertanyaan yang muncul kemudian, bagaimana dengan timur (dalam hal ini islam). Menurut penulis sejauh ini belum di jumpai, secara sportif bahwa harus diakui bahwa barat memang memiliki andil besar dalam hal ini. Akan tetapi dalam sumber ajaran-ajaran Islam, yang menyinggung tentang motivasi sangatlah banyak sekali. Ini dapat kita jumpai dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an serta hadits-hadits nabi Saw, yang menjelaskan tentang ini.
Inilah kemudian menjadi hal menarik bahwa Islam ternyata memiliki konsep tentang motivasi. Menjadi sebuah kegelisahan bahwa sebagian dari umat Islam dan juga sebaliknya (Barat), banyak yang bersikap anipati terhadap hasil pemikiran barat. Padahal kalau hendak kita telusuri, anatara Barat dan Timur) Kristen dan Islam secara historic-empirik, [15] memiliki banyak keterkaitan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sudah menjadi hal yang umum, kebanyakan orang menggunakan kata “Motif” untuk menunjukkan mengapa seseorang berbuat sesuatu. Missal seseorang mengatakan,” Apa motif dibalik kerja kerasnya” atau “Apa motif kerjanya terpengaruh orang yang deket dengannya? Dengan demikiann apa sebenarnya motif Itu? [16]
Pengertian motivasi menurut kamus bahasa indonesia adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan tindakan, tujuan tertentu. Menurut E. Kusmana Fachrudin (2000:44) motivasi dibedakan atas dua golongan yaitu :
1. Motivasi Asli. Motivasi asli adalah motivasi untuk berbuat sesuatu atau dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul secara kodrati pada diri manusia.
2. Motivasi Buatan. Motivasi buatan adalah motivasi yang masuk pada diri seseorang baik usaha yang disengaja maupun secara kebetulan. Sejalan dengan pendapat Irianto (1997:247), motivasi eksternal.[17]adalah setiap pengaruh dengan maksud menimbulkan, menyalurkan atau memelihara perilaku manusia. Dipertegas oleh Mulia Nasution (2000:11), motivasi dari luar adalah pembangkit, penguat, dan penggerak seseorang yang diarahkan untuk mencapai tujuan[18]. Dari beberapa pendapat diatas maka, jelas motivasi merupakan faktor yang berarti dalam mendorong seseorang untuk menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai
Motifasi dalam kamus bahasa Indonesia yang berarti dorongan dalam sokongan moril dengan tujuan tindakan. [19]Motifasi akan terstimulasi, karena ada tujuan. Dalam hal ini motivasi merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Memang motivasi muncul dalam diri manusia, akan tetapi kemunculanya disebabkan munculnya rangsangan dari unsure lain, yaitu tujuan, tujuan ini menyangkut kebutuhan.[20]
Seiring dengan persepsi, kepribadian, sikap, dan bekerja, motivasi adalah unsur yang sangat penting perilaku. Namun demikian, motivasi bukanlah satu-satunya penjelasan tentang perilaku. Berinteraksi dengan dan bertindak dalam hubungannya dengan kognitif lain
Luthans menegaskan bahwa motivasi adalah proses yang membangkitkan, menyemangati, mengarahkan dan menopang perilaku dan kinerja.itu adalah proses merangsang orang untuk tindakan dan untuk melaksanakan suatu tugas yang diinginkan. Salah satu cara untuk merangsang orang adalah untuk mempekerjakan efektif motivation, yang membuat pekerja lebih puas dengan dan komitmen untuk pekerjaan mereka. Uang bukan hanya motivator. Ada insentif lain yang juga dapat berfungsi sebagai motivator
Lalu bagaimana Kerja Keras Menurut Pandangan agama Islam, sedikit saya coba bahas betapa pentingnya kerja keras menurut Islam. Dalam Islam, Istilah motivasi sudah dikenal tetapi dalam wujud bahasa yang berbeda. Akan tetapi secara subtansi memiliki kesamaan arti atau maksud. Dalam khazanah bahasa Arab, kita mengenal kata ghiirah yang berarti semangat atau dorongan dari dalam diri yang menjadi alasan mengapa seseorang melakukan sesuatu.
Bila kita melihat pengertian motifasi secara umum yang dipaparkan oleh beberapa pakar diatas, akan jumpai adanya sesamaan maksud dengan istilah yang biasa digunakan dalam islam (baca: Bahasa Arab). Yakni usaha seseorang untuk melakukan sesuatu yang muncul dri dalam dirinya untuk mencapai keinginan yang menjadi tujuan.
E. KESIMPULAN
Sebagai seorang Muslim yang ingin sukses dalam kehidupan dunianya,tentunya kita harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman kerja keras dalam hal kebaikan karena kerja dalam Islam adalah ibadah,kerja taqwa atau amal shalih,memandang kerja sebagai kodrat hidup. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menegaskan bahwa hidup ini adalah untuk ibadah (Q.S Adz-Dzariat: 56). Makan, kerja dengan sendirinya mempunyai makna ibadah,dan ibadah hanya dapat direalisasikan atau diwujudkan dengan kerja dalam segala manifestasinya (Q.S Al-Hajj: 77-78,Al-Baqarah:177).
Lalu jika telah sadar tentang hakikat kerja adalah ibadah maka kita jangan sampai lupa tentang syarat menuju ibadah itu sendiri yakni Syarat pokok agar setiap aktivitas kita atau apa apa yang kita lakukan seperti ngeblog ini misalnya, bisa bernilai ibadah, syaratnya ada dua yaitu:
Yang Pertama adalah Ikhlas, yakni kita mempunyai motivasi yang benar yaitu untuk berbuat hal yang baik yang berguna bagi kehidupan dan dibenarkan oleh agama. Dengan tujuan akhir agar kita bisa meraih mardhatillah atau Keridhaan Allah SWT (Q.S Al-Baqarah: 207 dan 265).
Yang Kedua adalah shawab Atau Benar yaitu apa yang kita lakukan harus sepenuhnya sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh agama melalui Rasulullah SAW untuk pekerjaan Ubudiyah atau ibadah khusus,dan tidak bertentangan dengan suatu ketentuan agama dalam hal muamalat atau ibadah umum.
Ketentuan ini sesuai dengan pesan Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 31 dan surat Al-Hasyr ayat 10. Ketika kita memilih suatu pekerjaan, maka haruslah didasarkan pada pertimbangan moral, apakah pekerjaan itu baik atau tidak. Jadi kita jangan asal asalan dalam memilih pekerjaan. Islam memuliakan setiap pekerjaan yang baik, tanpa mendiskriminasikannya, apakah itu pekerjaan dengan menggunakan otak atau otot,pekerjaan halus maupun pekerjaan kasar kayak kuli misalnya,yang penting dapat dipertanggungjawabkan secara moral di hadapan Allah SWT kelak.
Sesuai dengan konteks Al Qur’an yang sudah diterangakn dalam surat Q.S. Al Dzariyat 65. Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Q.S. Al Dzariyat 65. Tidak lain Allah menciptakan manusia ialah untuk beribadah kepadaNya. Segala sesuatu yang kita kerjakan bisa bernilai ibadah. Jadi makna kerja bisa berarti ibadah. Dalam bekerja sangat diperlukan sifat jujur amanaah karena ada kamera illahi yang setiap langkah dan perbuatan manusia Allah tidak pernah lalai dalan menilai. Dalam melaksanaakan suatu pekerjaan. harus bersyukur dan sabar dalam melaksanakan sesuatu ibadah (bekerja)
Semoga bermanfaat buat kita semuanya. Dan mari kita berusaha sekuat tenaga bekerja dengan niat ibadah agar apa yang kita inginkan,apa yang kita impikan,apa yang kita cita citakan bisa berhasil dengan baik.Amiin
DAFTAR PUSTAKA
- Depag RI, Al-Quran & Terjemah, Toha Putra, Semarang, 2002.
- Dr.Sholih Bin Fauzan Bin Abdullah Al Fauzan, Kitab Tauhid, Universitas Islam Indonesia Jogjakarta 2001
- E. Kusmana, Pachrudin, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Balai pustaka, Jakarta. 2000.
- Jabir bin Abdul Qayyum as-Sa’idi asy-Syami,Realisasikan Tauhid Lepaskan Diri Dari Syirik
- John M Echols. M Ecchols dan Hassan Shandily, Kamus Inggris-Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia, 2000. Cet XIV)
- John. M. Hassan Shandily, Kamus Inggris-Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia, 2000. Cet XIV)
- M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkelo. Surabaya. 1996.
- Mulia Nasution, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Balai Pustaka. Jakarta. 2000
- Prof. Dr. H Mahmud Yusuf, Kamus Arab-Indonesia. PT Hidakarya Agung, Jakarta, 1989.
- Roli Abdurrahman- M. Khamzah Jilid I, Menjaga Akidah Akhlak PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri 2009
- Roli Abdurrahman- M. Khamzah Jilid II, Benar- Benar Berakhlak Mulia, PT Pustaka Insan Mandiri Jogjakarta 2010
- Sardiman, A.M., Interaksi Dan Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Cet IX,)
[1] M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkelo. Surabaya. 1996 hal 742
[2] Dr. shalih bin fauzan, Kitab Tauhid, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Hal 19
[3] Depag RI, Al-Quran & Terjemah, Toha Putra, Semarang, Hal. 451
[7] Op-Cit, hal 53
[10] Dia dikatakan thaghut apabila menerima penyembahan dengan senang hati
[11] Menurut pendapat yang dinukil dari Imam Malik, bahwa thaghut adalah segala sesuatu selain Allah yang disembah.
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah berkata, Thaghut adalah segala sesuatu yang diperlakukan oleh seseorang secara melampaui batas, baik dalam hal penyembahan, ketaatan atau ikutan. Karena itu thaghut adalah segala sesuatu yang diminta untuk memutuskan perkara selain dari Allah dan Rasul-Nya, selain Allah yang disembah, yang diikuti padahal tidak selaras dengan syariat Allah, atau ditaati dalam hal-hal yang tidak diketahui sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Ini semua adalah thaghut dunia ini. Apabila Anda mencermati kondisi manusia saat ini niscaya anda melihat kebanyakan mereka melakukan penyelewengan, dari penyembahan Allah kepada dan penyembahan thaghut, dari berhukum kepada Allah dan rasul-Nya kepada berhukum kepada thaghut, dari mentaati dan mengikuti Rasul-Nya menjadi taat dan mengikuti thaghut. (A’lamul Muwaqqi’in, Jil. I, h. 50)
Syaikh Sulaiman bin Sahman an-Najdi berkata, “Thaghut itu ada tiga macam, thaghut dalam hukum, thaghut dalam peribadatan dan thaghut dalam ikutan (ad-Durar as-Saniyyah, Jil VIII, h. 272
[12] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
[13] Dalam kamus arab Indonesia karangan Prof. Dr. H Muhammad yusuf Tahrif : tidak mengubah. Ta’thil:Tanpa mengingkari sifat Tuhan. Takyif :Tanpa menyamakan, sedangkan Tamsil yaitu Tanpa mengupamakan
[14] Dr. shalih bin fauzan, Kitab Tauhid, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Hal 97
[15] Lebih lanjut baca misalkan buku karangan Charles J. Adam.” Islamic Raligiuos Tradition”, dalam Leonard Binder (ed), “ The study of the middle-East, (New York, Wiely 7 Sons, tt).
Kemudian baca juga W.C Smith, “Comparative religions :Wither and Why?” Indonesia The history of religions : Essays Indonesia Methodology, ed. Mircea Eliade dan Joseph Kita gawa (Chicago dan London Universiti of Chicago press, 1959). Baca juga Orientalism Yang ditulis Oleh Edward W. Said.
[16] Dalam kamus yang ditulis Oleh John MEchols. M Ecchols dan Hassan Shandily, kata motivasi dalam bahasa inggrisnya adalah motivation yang berarti dorongan atau daya batin. Kata ini merupakan panjangan dari motive (motive) yang berarti alas an atau sebab dari leksikal kedua kata ini dapat disederhanakan, bahwa motif merupakan sebab atau alas an akan sesuatu yang diinginkan yang menyebabkan seseorang menjadi aktif, inilah yang dikatakan motivasi, Lihat John. M. Hassan Shandily, Kamus Inggris-Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia, 2000. Cet XIV) Hal. 386
[18] Mulia Nasution, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997. Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Balai Pustaka. Jakarta . 2000 hal 465
[19] Op-Cit M. Hahlan Yacub Al Barry, Hal. 486
[20] Sardiman, A.M., Interaksi Dan Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Cet IX,) Hal. 71-72)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar