Selasa, 01 Februari 2011

AHLI SUNAH WAL JAMA’AH (Nahdlotul Ulama’Dan Citra Realita Islam Indonesia)



AHLI SUNAH WAL JAMA’AH
Nahdlotul Ulama’Dan Citra Realita Islam Indonesia
Oleh: Safrudin, S.Sos.I

I.                   Pendahuluan
Ahlussunah Wal Jama’ah pada hakekatnya adalah ajaran Islam yang sebenarnya, seperti diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabatnya. Oler karena itu Ahlussunah Wal Jama'ah sedah timbul bersamaan dengan munculnya agama Islam sejak disampaikan syari’ah dan ajarannya oleh Rasulullah SAW.
Golongan Ahlussunah Wal Jama'ah adalah golongan pengikut setia ajaran yang diajarkan dan diamalkan oleh rasulullah SAW beserta para sahabatnya.
Rasulullah meramalkan perkembangan yang bakal terjadi kepada umatnya, beliau menerangkan bahwa kelak umatnya akan menjadi bergolong-golongan yang banyak sekali, yaitu terpecah menjadi 73 golongan. Atas pertanyaan sahabat mengenai siapa yang bnar dan selamat kelak kelak di akhirat dari golongan-golongan tersebut, nabi menjawab adalah golongan Ahlussunah Wal Jama'ah. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang mengikuti apa yang beliau ajarkan dan amalkan bersama sahabatnya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa  Ahlussunah Wal Jama'ah timbul bukan sebagai reaksi terhadap timbulnya beberapa aliran dan golongan yang lahir sesudahnya, seperti syi’ah, khawarij, mu’tazilah dan sebagainya. Hanya saja nama Ahlussunah Wal Jama'ah terkenal dan popular setelah timbulnya aliran-aliran yang menyeleweng dari ajaran nabi yang sebenarnya. Tujuannya adalah agar umat Islam terhindar dari mengikuti ajaran-ajaran yang tidak benar dan tidak pernah diajarkan oleh nabi.

II.                Pengertian Ahlussunah Wal Jama’ah
Pengertian secara harfiyah (etimologi), terdiri dari tiga kata; ahli, sunah, dan jama’ah yang berarti sebagai berikut :
Ahli        : keluarga, golongan
Sunah     : jalan, jejak
Jama’ah  : kelopok atau golongan
Dari arti harfiyah di atas dpt ditarik pengertian menurut etimologi agama Islam, bahwa Ahlussunah Wal Jama'ah adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada jejak dan langkah nabi (termasuk di dalamnya perkataan) beserta para sahabatnya sebagai pengamalan ajaran Islam yang murni.
Definisi di atas sesuai dengan sabda nabi, “hendaklah kalian semua berpegang teguh pada sunah nabi dan khulafa’urrasyidin yang mendapat petunjuk.”
Dalam hadis nabi tersebut di atas hanya ditekankan kepada para sahabat yang menjadi khulafa’urrasyidin saja. Namun yang dimaksud juga termasuk sahabat-sahabat yang lain, sehingga mereka seua mempunya kedudukan yang penting dalam pengamalan dan penyebaran agama Islam. Walaupun harus diakui adanya kelebihan seseorang diantara mereka. Nabi berkata, “sahabat-sahabatku seperti bintang (di atas langit) kepada siapa saja diantara kamu mengikutinya, maka kamu telah mendapat petunjuk.”
Sesudah generasi sahabat berakhir, maka yang meneruskan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah adalah para tabi’in (pengikut sahabat).sesudah itu dilanjutkan oleh tabi’it tabi’in (pengikut para pengikut sahabat) dan  demikian seterusnyayg kemudian penerus ajaran nabi terkenal dengan ulama’ penerus nabi. Seperti dinyatakan nabi dalam hadisnya, “ ulama’ adalah pewarisku dan pewaris para nabi”.
Ulama’ sebagai penerus dan pewaris ajaran nabi dalam perkembangan selanjutnyamempunyai kedudukan yang penting pula, karena mereka dipercaya Rasulullah SAW untuk melanjutkan penyebaran dan pengajaran agama Islam Ahlussunah Wal Jama'ah kepada umat manusia. Terlebih pula, Allah SWT menegaskan, “Ulama’lah yang tahu cara bertaqwa kepada Allah.” (QS.35:28)

III.             Karakteristik Ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama’ah
Seperti dikemukakan diatas bahwa Ahlussunah Wal Jama'ah adalah golongan yang mengikuti, mengamalkan ajaran Islam seperti yang diajarkan oleh Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, maka cirri (karakteristik) ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah tidak lain adalah cirri Islam yang murni. Yaitu : At tawasuth, at tasammuh, at tawazun dan amar ma’ruf nahi munkar.
Prinsip at tawasuth, yaitu jalan tengah, tidak ekstrim kanan atau kiri, kalau kita mau meneliti ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah, baik bidang hukum, aqidah, maupun bidang akhlak, kita akan melihat bahwa ajaran-ajaran tersebut berada di tengah-tengah kehidupan bersama, sehingga ia menjadi panutan dan menghindari segala bentuk pendekatan ekstrim.
Prinsip at tawazun, yakni menjaga keseimbangan dan keselarasan, sehingga terpelihara secara seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat, kepentingan pribadi maupun masyarakat, kepentingan masa kini maupun akan dating.
Prinsip at tasammuh, aitu bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan, terutama pada hal-hal yang bersifat furu’iyyah, sehingga tidak terjadi perasaan saling terganggu, saling memusuhi. Da sebaliknya akan tercipta persaudaraan yang Islami (ukhuwah islamiyah).
Prinsip amar ma’ruf nahi munkar (menyeru akan kebaikan dan berupaya menyingkirkan kemunkaran). Dengan prinsip ini akan timbul kepekaan dan mendorong perbuatan yang baik / saleh dalam kehidupan bersama serta kepekaan menolak dan mencegah semua hal-hal yang dapat menjerumuskan kehidupan ke lembah kemungkaran.
Kalau hal-hal tersebut diperhatikan dengan seksama, maka dapat dilihat bahwa cirri dan inti dari ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah adalah pembawa rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin).

IV.             Bahaya-bahaya Bagi kemurnian Ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama’ah
Sejak dari lahirnya ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama'ah sebenarnya tidak pernah bebas dan lepas dari ancaman, baik ancaman internal (ancaman dari dalam sendiri) maupun ancaman eksternal (ancaman dari luar)..
Ancaman dari luar pada pokoknya dapat dikumakakan sebagai berikut :
1.            Usaha-usaha luar yang ingin merusakkemurnian ajaran dengan mengaburkan ajaran Ahlussunah Wal Jama'ah dan kemudian menggincangkan, misalnya membuat keraguan terhadap kemurnian hadits nabi SAW sebagai pedoman pokok kedua dalam Islam. Menyerang kemampuan seorang sahabatmeriwayatkan hadits banyak, seperti abu hurairah, yang dinilai mustahil ia mampu meriwayatkan hadis sebanyak yang ia riwayatkan. Dengan demikian umat Islam diharapkan ragu terhadap kemurnian hadis yang ada.
2.            menggalakkan penggunan akal yang seluas-luasnya tanpa keterikatan dengan dalil-dalil agama, dengan dalih bahwa agama sendiri pun sangat menghargai kebebasan berfikir. Mereka ingin menumbuhkan pikiran-pikiran bahwa akal manusia tanpa agama dapat mencapai kesejahteraan dan keinginan manusia. Sasaran akhirnya tentu ingin mengurangi, bahkan menghilangkan keprcayaan umat manusia kepada agama Islam.
Yangtermasuk kelompok ini adalah ;
a.             Intelektualisme, yaitu paham yang pada pokoknya mendewa-dewakan akal dan beranggapan bahwa manusia dengan akalnya dapat mencapai segala tugasnya.
b.            Matrealisme, yaitu paham yang pada pokoknya mendewa-dewakan materi.
c.             Skularisme, yaitu paham yang berpendirian pemisahan antara urusan duniawi (kehidupan duniawi dengan kehidupan ukgrowi). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah upaya westernisasi yang dengan dalih modernisasi memasukkan paham mesternisme ke dalam umat Islam.
Adapun ancaman dari dalam (kalangan umat Islam sendiri) pada garis besarnya adalah :
1.            semakin merosotnya tingkat pengetahuan dan pemahaman umat Islam terhadap ajaran agamanya, bahkan yang lebih memprihatinkan lagi adalah semakin merosetnya minat (himmah umat Islam) untuk mempelajari (mengkaji, mendalami) serta mengembangkan ajaran agama Islam. Akibatnya, kebenaran agama islam tidak lengkap. Tidak cukup untuk menjadi aturan sosial dan sebagainya.
2.            adanya sebagian umat islam yang hanya memperhatikan sebagian ajaran agama secara berlebih-lebihan dengan mengesampingkan sebagian ajaran yang lain. Hal ini selain mudah menimbulkan pertentangan antara umat Islam sendiri, juga akan menutupi khasanah ajaran Islam yang lengkap dan sempurna itu.
3.            terpecahnya umat islam menjadi beberapa kelompok yang disebabkan hanya oleh masalah-masalah furu’iyyah, sehingga hal ini menutupi dan menghalangi upaya menggali kekayaan khasanah ajaran islam secara obyektif, dan akan menimbulkan kecenderungan untuk menggali ajaran yang mendukung paham kelompoknnya saja.
Berangkat dari persoalan di atas, kami ingin menghimbau kepada umat islam, khususnya kalangan generasi mudanya untuk beruasaha keras dalam menggali khasanah ajaran islam dan mempublikasikannya ke kalangan luas, disamping meninggalkan khilafiyah/furu’iyyah yang membawa akibat semakin mundurnya umat islam baik beragama maupun dalam menciptakan kesejahteraan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar