Selasa, 30 Agustus 2011
Jumat, 25 Februari 2011
Dieng Sinila 1979
Dieng Sinila 1979
/:Teruntuk Bumi Wonosobo
Kakang Gatutkaca kang pambudi
lama kau cari wijaya kusumanya candradimuka
ada yang lupa
sinila belum kau senggama
Wadung kakang..
sinila tampakkan wajah kala
kaupun belum juga sua
dan
kala mangsa telah lewat
titiwanci telah dipanci
sinila kiamat tak terhitung jari
kupamerkan padamu kala bethara kala seronok menjamu
ajak petak umpet selimut asap yang tak kasat
menyanyikan rima nyawa dalam bait luka
-tentang senandung perih telapak kaki massa-
—-tentang semburan lirih mantera kala—
oalah kakang…
aku terlambat bilang
coba kau eja dengan seksama
seratus empat puluh sembilan nisan terbaca
menunggu taburan wijaya kusuma
darimu.
[Aufa Mujtahid]
Rabu, 23 Februari 2011
PEMBERDAYAAN PESANTREN AL-ASY’ARIYYAH DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM
DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM
DI KALIBEBER
A. PENDAHULUAN
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang dianggap sebagai budaya asli Indonesia (Indigeous) serta memiliki akar yang kuat dalam kehidupan masyarakat. Pesantren memiliki konstribusi yang besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, berkiprah dalam pembangunan bangsa di bidang pendidikan, keagamaan dan social masyarakat. Dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman yang luar biasa dalam membina, mendidik, mencerdaskan dan mengembangkan masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan peranannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya.
Di Indonesia, pesantren tumbuh dengan cepat. Perkembangan ini salah satunya ditandai dengan adanya sikap non-kooperatif para ulama’ terhadap kebijakan “Polotik Etis” pemerintahan colonial Belanda pada akhir abad 19. Sikap non-kooperatif dan silent opposition para ulama’ itu kemudian ditunjukkan dengan mendirikan pesantren yang jauh dari kota untuk menghindari intervensi pemerintah colonial.[1] Selain itu, berkat dibukanya terusan Suez pada tahun 1986 sehingga memungkinkan para pelajar Indonesia mengikuti pendidikan di Mekah. Sepulangnya ke kampong halaman, mengembangkan pendidikan agama di tanah air dengan mendirikan kelembagaan yang disebut pesantren atau pondok pesantren.[2]
Pesantren sekarang ini, nampaknya perlu dibaca sebagai warisan sekaligus kekayaan kebudayaan-intelektual nusantara.
Di pesantren, tokoh sentralnya sering disebut dengan Kyai, dimana ia adalah seorang cendekiawan sekaligus pembimbing spiritual, berperan sebagai penjaga iman, penghibur dan sekaligus pendekar.[3] Kyai juga sebagai orang tua yang patut diteladani, dan diikuti tindak-tanduknya yang dirujuk oleh para anak didiknya, baik pada kelebihan ilmunya tentang Islam dan tindakannya.[4]
Seorang kyai menjadi komponen penting yang menentukan keberhasilan di pesantren. Keadaan yang semacam ini, mendorong pemimpin mampu menganalisis permasalahan yang dialami umat manusia, baik dalam sector pendidikan, social, ekonomi, politik, kultur maupun aspek-aspek yang lain serta dapan mencari problem solving terhadap permasalahan tersebut. Tidak cukup hanya menguasai dalam bidang keilmuan agama saja, tetapi dituntut juga dapat menguasai ilmu umum dan mempunyai cakrawala luas.[5]
Dinamika dalam lembaga pendidikan Islam yang berkembang saat ini, telah lama diantisipasi oleh KH. Muntaha Al- Hafidz dalam merumuskan lembaga pendidikan Islam yang lebih responsive bagi masyarakat dan efek globalitas. Hal ini terbukti adanya perkembangan pesantren Al-Asy’ariyyah di kalibeber yang tidak membutuhkan waktu lama dapat berkembang dengan pesatnya. Berbagai langkah telah beliau tempuh dalam merakit suatu lembaga pendidikan Islam di Kalibeber Wonosobo, baik pendidikan Islam yang berstatus non formal mupun pendidikan formal.
Namun, perkembangan ini tidak lepas dari lembaga sentral yaitu Pondok Pesantren Al-Asy’ariyyah yang telah lama dirajut dan didirikan oleh pendahulu KH. Muntaha Al Hafidz yaitu Raden Wijaya (Muntaha Awal). Al-Asy’ariyyah yang pada awalnya merupakan sebuah padepokan santri dengan pengajaran keilmuan agama saja, dikembangkan oleh KH. Muntaha Al-Hafidz menjadi suatu pondok pesantren yang mempunyai cirri khusus dan dapat memadukan antara keilmmuan agama dengan keilmuan umum.
B. SEJARAH PONDOK PESANTREN AL-ASY’ARIYYAH
Pada tahun 1832, seorang pengawal Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Hadiwijaya[6] berhasil meloloskan diri dari kejaran tentara Belanda di Magelang dan melarikan diri ke Kalibeber Wonosobo. Saat itu Kalibeber masih menjadi Kawedanan Garung. Atas usul Mbah Glondong Jogomenggolo, raden Wijaya mendirikan masjid dan padepokan santri di dusun Karangsari/Ngebrak Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo yang berada di pinggiran kali prupuk. Padepokan inilah yang menjadi cikal bakal pondok pesantren Al-Asy’ariyyah.
R. Hadiwijaya memimpin padepokan selama 28 tahun, dan dipanggil ke rahmatullah pada tahun 1960. Kepemimpinan pondok pesantren kemudian dilanjutkan oleh puranya KH. Abdurrahim.[7] Selama 56 tahun memimpin pesantren dan pada tanggal 3 syawal 1337 H atau 1916 M beliau wafat kemudian dimakamkan di bekas padepokan Karangsari Ngebrak Kalibeber.[8] Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh putranya yaitu KH. Asy’ari.[9] Beliau memimpin pesantren mulai tahun 1917 sampai dengan 1949.
Pada period eke IV, Kepemimpinan diteruskan oleh KH. Muntaha Al-Hafidz. Selama dalam kepemimpinan beliau, al-asy’ariyyh mencapai kejayaan dan perkembangan yang pesat baik dari jumlah santrinya dan pengembangan kelembagaan lain. Beliau juga adalah pendiri Yayasan Al-Asy’ariyyah dan pendiri IIQ (yang sekarang berubah menjadi UNSIQ) sekaligus sebagai rektornya.[10] KH. Muntaha dipanggil ke rahmatullah dalam usia 94 tahu, atau tepatnya pada tanggal 29 desember 2004[11] setelah memimpin Al-Asy’ariyyah selama 55 tahun. Kepemimpinan Al-Asy’ariyyah selanjutnya diamanahkan kepada putra beliau yaitu KH. Ahmad Faqih Muntaha sampai dengan sekarang.
C. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI PESANTREN AL-ASY’RIYYAH
Pelajaran utama dalam pondok pesantren adalah Al-Qur’an. Namun dalam perkembangan selanjutnya, pondok-pondok pesantren pun mulai diajarkan kitab-kitab yang dibawa leh para ulama dari mekah. Pelajaran seperti akhlak, fikih, tajwid, ushul fiqih pun mulai diajarkan di pesantren.
Pada awalnya, pondok ini merupakan padepokan santri yang terletak di pinggir kali prupuk, dusun Ngebrak/Karangsari, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Di tempat itu diajarkan ilmu baca tulis Al-Qur’an, fiqih dan tauhid. Padepokan ini merupakan pesantren pertama di Kalibeber sebagai tempat pesemaian ilmu agama, sehingga arus santri yang mondok semakin banyak tanpa memerlukan waktu lama. Karena semakin banyak orang-orang yang nyantri dan padepokan terkena luapan banjir kali prupuk, maka padepokan dipindah ke dukuh kauman Kalibeber (Al-Asy’ariyyah sekarang ini).
System pembelajarannya masih menggunakan pola non klasikal, dimana seorang kyai masih menjadikan satu bagi semua santri baik yang tua maupun yang mua dalam sebuah pengajian. Pengajian masih menggunakan system wetonan dan sorogan.
Pada periode selanjutnya, tepatnya saat kepemimpinan pesantren dipegang oleh KH. Muntaha Al-Hafidz, pondok pesantren Al-Asy’ariyyah mulai dikembangkan dalam berbagai aspek. Berbagai langkah inovatif beliau lakukan untuk memajukannya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Untuk lebih menigkatkan mutu dan pengembangan pendidikan di pesantren, dikembangkan konsep-konsep modernisasi[12] dengan berpedoman pada kaidah ushul : “Al muhafadzatu ‘ala al qaddimi al shalih wa al ahdzu bi al jaded al ashlah”, yaitu melestarikan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.[13]
Langkah awal pengembangan pesantren dikhususkan pada pengkajian dan hafalan Al-Qur’an masih dipertahankan bahkan lebih dikembangkan lagi. Pengkajian keilmuan materi ke-Al-Qur’an-an ditingkatkan dalam berbagai hal. Yaitu : tahfidzul Qur’an, ilmu Tajwid, ilmu Qira’ah, tafsir Qur’an dan ulumul Qur’an lainnya. Dalam kajian kitab-kitab kuning, didirikan kelembagaan madrasah diniyyah wustho untuk santri SMP, madrasah diniyyah ‘Ulya untuk santri SMA/SMK, madrasah Ma’had ‘Ali untuk santri mahasiswa dan Tahfidz, serta madrasah salafiyah untuk santri yang tidak menempuh pendidikan formal. Adapun materi kajian madrasah diniyah ini antara lain : ilmu tauhid, nahwu, shorof, fiqih, akhlaq, hadits dan bahasa arab.
Dalam pengembangan bakat dan keterampilan santri dibentuk wadah atau organisasi bagi para santri. Diantaranya adalah KODASA (Korp Dakwah Santri Al-Asy’ariyyah). Kodasa merupakan lembaga khusus pengembangan bakat dan keterampilan santri. Program lembaga ini dintaranya : seni baca al-qur’an (qira’ah), Sholawat, Kaligrafi, pidato 4 bahasa (Arab, Inggris, Jawa dan bahasa Indonesia). Selain itu terdapat organisasi khusus mahasiswa yang disebut DMPA (Dewan Mahasiswa Pondok Pesantren Al-Asy’ariyyah). Organisasi ini sebagai wadah para mahasiswa serta para sarjana yang berdomisili di pondok pesantren al-asy’ariyyah. Disamping itu juga sebagai wadah aktivitas dan kreativitas untuk mengembangkan bakat, misalnya dalam bidang jurnalistik diterbitkan bulletin Royhanuna, Madding Haromain dan Majalah Multazam.
Selain pengembangan pendidikan Islam bagi para santri juga didirikan majelis ta’lim yang diperuntukkan masyarakat kalibeber. Pengajian dilaksanakan setelah ba’da shubuh bagi para jam’iyyah sholat subuh serta pada setiap hari senin dan kamis bagi ibu-ibu masyarakat kalibeber.
D. MANAJEMEN PONDOK PESANTREN
Pondok pesantren ibarat sebuah kerajaan kecil, dimana Kyai bertindak sebagai seorang raja, nyai sebagai permaisurinya dan santri sebagai bawahan dan rakyatnya. Berbagai kebijakan dan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan pesantren dipegang penuh oleh seorang Kyai, baik pada pengangkatan kepengurusan pesantren sampai pada tahapan manajemen.
Dalam kepemimpinan KH. Mutaha Alh. Berbagai perubahan juga diberlakukan. Penataan dan pengukuhan manajemen pondok pesantren mulai ditingkatkan.
Dalampengukuhan pondok pesanren, maka dibentuklah yayasan ASWAJA Baiturrahim. Yayasan ini sebagai naungan dari berbagai lembaga-lembaga pendidikan baik yang formal maupun non formal. Sekarang ini, yayasan dirubah dengan nama yayasan Al-Asy’ariyyah dengan akte notaries nomor 78 tanggal 27 Februari 1989.
Pesantren ditertibkan dengan system klasikal, yaitu sntri diasramakan sesuai dengan jenjang dan tingkataannya masing-masing. Dalam sebuah asrama terdapat Pembina asrama yang bertugas sebagai pembimbing sekaligus sebagai pengajar serta berfungsi sebagai pengganti orang tua. Sehingga dengan kondisi seperti ini, masing-masing santri mudah diatur dan diarahkan. Perkembangan pendidikan santri pun dapat disamakan dengan teman sebayanya.
System kurikulumnyapun mulai dilembagakan menurut tingkatan dan faknya. Seperti madrasah diniyyah wustho, madrash diniyyah Ulya, madrsah diniyyah ma’had ali dan madrasah diniyyah salafiyah. Dengan system belajar yang dilembagakan berupa madrasah diniyyah ini, diharapkan lebih mempermudah pengajaran sesuai dengan jenjang dan tingkatan pendidikan santri.
Di bawah seorang pengasuh, dibentuk kepengurusan yang menangani hal-hal yang berkaitan dengan berjalannya pondok pesantren. Seperti administrasi, pendidikan dan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan santri.pengurus diberikan otoritas dalam menjalankan peraturan-peraturan pesantren dan kebijakan dari seorang pengasuh.
E. KONSTRIBUSI PONDOK PESANTREN
Pengembangan yang terlihat di lingkungan pesantren al-asy’ariyyah sekarang ini, ternyata telah memberikan perubahan yang signifikan baik bagi pesantren itu sendiri dan bagi masyarakat sekitar. Konstribusi pondok pesantren al-asy’ariyyah dapat dilihat dari hal-hal di bawah ini.
1. Dalam lingkungn pesantren telah terjadi modernisasi pesantren, yaitu dengan diterapkan system pendidikan yang memadukan pendidikan pesantren dengan pendidikan formal seperti penataan asrama yang ditentukan berdasarkan jenjang pendidikan, pembentukan lembaga madrasah di pesantren, membuat wadah pengembangan bakat santri, dan lain sebagainya.
2. Berdirinya berbagai kelembagaan pendidikan Islam di lingkungan Kalibeber yang didirikan oleh KH. Muntaha Alh. Antara lain : TK Hj. Maryam Kalibeber, MI Ma’arif Kalibeber, MTs Ma’arif Kalibeber (menjadi MTs Negri Kalibeber), MA Ma’arif Kalibeber (menjadi MAN Kalibeber), IIQ (yang kemudian menjadi UNSIQ), SD-SMP-SMA dan SMK Takhassus Al-Qur’an.
3. Semakin banyaknya minat orang tua yang ingin memasukkan anak-anaknya di pesantren Al-Asy’ariyyah. Hal ini terlihat dengan banyaknya santri dari berbagai jenjang pendidikan.
4. Al-Asy’ariyyah yang merupakan pondok pesantren Al-Qur’an telah memunculkan para penghafal al-qur’an yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
5. AL-Asy’ariyyah sekaligus Kalibeber merupakan daerah tempat ditulisnya Al-Qur’an akbar hasil gagasan KH. Muntaha Alh. Kemudian dapat dikenal oleh seluruh masyarakat Nusantara.
6. Kemajuan pendidikan Islam di Kalibeber. Hal ini dapat terlihat dengan banyaknya didirikan lembaga pendidikan Al-Qur’an (TPQ) bagi anak-anak dan banyaknya majelis ta’lim dan pengajian yang dilakukan di berbagai masjid.
F. PENUTUP
Pndok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang harus dipertahankan dan dijaga sebagai sebuah warisan budaya intelektual asli di Indonesia. Pesantren juga sebagai salah satu benteng pendidikan Islam yang dapat mengolah dan mendidik putra-putri bangsa menjadi generasi yang berakhlak mulia dan berpendidikan agama yang kokoh. Maka harus diolah dan ditingkatkan dengan sebaik-baiknya.
Hal yang perlu bagi penerus suatu pondok pesantren adalah mengembangkan dan melestarikannya. Dengan mengambil kaidah ushul “melestarikan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Sehingga diharapkan pesantren tidak statis terhadap perkembangan zaman yang semakin cepat. Namun tidak meninggalkan berbagai tradisi pesantren yang sejak lama sudah diunggulkan.
Begitu juga bagi pondok pesantren al-asy’ariyyah, perkembangan pesat yang sekarang ini telah terjadi di berbagai aspek, harus segera dijaga dan dilestarikan bahkan perlu ditingkatkan kembali menjadi pesantren yang lebih maju dan concern terhadap perkembangan zaman. Namun dari pada itu, pelestarian tradisi pesantren perlu diperhatikan bahkan jangan ditinggalkan.
[1] Sartono Kartodirjo, Pemberontakan Petani Banten 1888. (Terj. Hasan Basri) Pustaka, Jakarta, 1994
[2] Mastuki HS, Akselerasi Wajar Diknas Melalui Pesantren, Makalah disampaikan dalam acara Orientasi Pengembangan Manajemen dan Program Wajar Diknas PP Salafiyah, di PUSGAFRIN Srengseng Sawah, 2003.
[3] Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama Sejarah NU 1952-1967, Lkis, Yogyakarta, 2007, hal. 23.
[4] Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, Ditpekapontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam, 2003. Hal : 16.
[5] Miftahul Haris, Skripsi Strategi Dakwah KH. Muntaha Al-Hafidz dalam Pengembangan Islam di Indonesia, UNSIQ, Wonosobo, 2004.
[6] Setelah menetap di Kalibeber, Wonosobo Beliau dikenal dengan nama KH. Muntaha bin Nida’ Muhammad atau KH. Muntaha Awal. Adapun silsilah dari beliau adalah putra dari R. Ayu Puspowijoyo binti R. Ayu Muhammad Shalih binti R.M. Sandiyo BP Ngabei K. Muhammad Ikhsan atau K. Nur Iman Mlangi bin Hamangkurat IV (R.M. Suryo Putra atau Syeikh Syamsudin atau Kiai Wongso Taruno dengan istri R. Rr. Irawati binti Untung Suropati). Lihat Elis S. & Samsul Munir, Biografi KH. Muntaha Al-Hafidz Ulama Multidimensi, UNSIQ, 2004. Hal : 16.
[7] Beliau dikenal sebagai seorang yang pandai menulis Al-Qur’an dengan tangan. Ketika perjalanan haji ke Mekah, beliau menulis Al-Qur’an dan saat kembali haji, telah menyelesaikan penulisan Al-Qur’an tersebut. Hal ini yang kemudian menjadi inspirasi KH. Muntaha Al-Hafidz untuk mencetuskan karya yang sangat monumental, yaitu penulisan Al-Qur’an Akbar (Al-Quran Terbesar di Dunia).
[8] Nasokah, TESIS Peran Kepemimpinan Kharismatik Dalam Pengembangan Institusi-institusi Pendidikan Islam (Studi Kasus Terhadap Leadership KH. Muntaha Al-Hafidz), Tesis IAIN Walisongo, Semarang, 2004. Hal : 55
[9] Seorang pejuang kemerdekaan dalam melawan penjajahan Belanda pada saat agresi militer Belanda ke II. Ketika Belanda sampai di Kalibeber, beliau melarikan diri ke desa Nderoduwur (ke barat 8 KM dari kalibeber) karena pondok pesantren di serang oleh Belanda, bahkan tulisan Al-Qur’an karya KH. Abdurrahim ikut dibakar. Dalam pengungsiannya beliau sedang sakit keras dan akhirnya wafat di Nderoduwur yang kemudian dimakamkan disana. Baca Muchotob Hamzah, Perkembangan Pesantren Al-Asy’ariyyahdan Istitut Ilmu Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo, IIQ Jawa Tengah, Wonosobo, 1991. Hal : 11.
[10] KH. Muntaha Al-Hafidz menjabat rector IIQ tahun 1988 sampai tahun 2001. Dan selanjutnya rector dijabat oleh DR. H. Zamakhsyari Dhofier, MA.
[11] M. Nurkholis, Makalah Pemikiran KH. Muntaha Alh dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Kalibeber Wonosobo, 2008. Hal : 5
[12] Pengertian Modernisasi mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan situasi baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Lihat Drs. A. Shamad Hamid, Islam dan Pembaharuan, PT. Bina Ilmu, Surabaya. !984. hal. 12
[13] Nasuka, Op.it. hal : 111
PRINSIP DAN FASE PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK
PRINSIP DAN FASE PERKEMBANGAN
PSIKOLOGI ANAK
I. PENDAHULUAN
Perkembangan dapat di artikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampe mati. manusia secara terus-menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus secak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
II. PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip perkembangan
Setiap fase atau priode perkembangan pada dasarnya selalu bertahan erat dengan priode perkembangan yang mendahuluinya. Hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan kesatuan yang bulat dan tujuan yang terkandung dalam setiap perkenbangan adalah menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri. Secara sepesifik, perinsip perkembangan dapat di artikan sebagai “kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”. Bisa pula diartikan perinsip perkembangan adalah patokan generalisasi mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
Secara garis besar, peristiwa-peristiwa perkembangan mengikuti prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
1. Never Ending Process
a. Semua aspek perkembang saling mempengaruhi
b. setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun social satu sama lainya saling mempengaruhi. Jadi semua komponen adanya korelasi .
c. Perkembangan itu mangikuti pola atau arah tertentu
d. Setiap tahap perkambanganmerupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya untuk dapat berjalan anak harus dapat berdiri terlebih dahulu.
TABEL 2.1
Arah Tahapan Perkembangan Anak
TAHAP PERKEMBANGAN | JENIS PERKEMBANGAN |
Usi 4-16 minggu | Bayi dapat menguasai 12 macam otot acula motornya. |
Usia 16-28 minggu | Bayi dapat menguasai otot-otot yang menyanggah kepalanya dan menggerakkan tanganya. Ia lalu dapat meraih benda-benda. |
Usia 28-40 minggu | Ia dapat menguasai badan dan tanganya. Ia mulai dapat duduk, menagkap, dan mempermainkan benda-benda. |
Tahun kedua | Anak sudah pandai berjalan dan berlari, dapat menggunakan kata-kata dan mengenal identitasnya (seperti namanya). |
Tahun ketiga | Anak dapat berbicara dalam kalimat dan menggunakan kata-kata sebagai alat berfikir. |
Tahun keempat | Anak mulai banyak bertanya dan dabat berdiri sediri. |
Tahun kelima | Anak telah matang dalam menguasai gerak-gerik motorisnya. Ia dapat melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang, lebih suka bermain berkawan. |
Yelon dan welnsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan sebagai berikut :
a. Cephalocaudal dan proximal-distal, maksudnya, perkembangan manusia itu dimolai dari kepala ke kaki (cephalocaudal) dan dari tengah paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir, tangan (proximal-distal).
b. Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya. Seperti mata, akan dapat melihat setelah otot-ototnya matang.
c. Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya perkembngan itu berlangsung dari umum ke khusus (sepesifik).
d. Perkembangan itu berlangsung dari konkrit ke abstrak. Maksudnya perkembangan terproses dari suatu kemampuan berfikir konkrit (objek tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak). Seperti anak kecil dapat berhitung dengan jari tangan sedangkan remaja sudah tidak lagi.
e. Perkembangan berlangsung dari egosentrisme kepersepektivisme.
f. Perkembangan itu berlangsung dari ”outter control to inner control”
Menurut almediwirja 1983, simanjutak dan pasar ibu 1979, syah 1995, kantono 1983 kasiram 1983, sholeh soerjadinata 1971dalam buku psikologi umum karya Drs. Alex Sobur. M.si prinsip-prinsip pekembangan antara lain sebagai berikut:
a. Perkembangan mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif.teratur. koheren dan berkesinambungan.
b. Perkembangan dimulai dari respan-respon yang sifatnya umum menuju khusus. Contohnya, seorang bayi mulan-mulan tesemyum melihat wajah manusia. Dengan bertumbuhnya usia bayi, ia akan membedakan wajah-wajah tertentu.
c. Tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai. Contohnya dalam perkembangan bicara misalnya, sebelum seorang anak berkata-kata terlebih dahulu ia akan mengecoh.
Setiap fase perkembangan memiliki cirri dan sifat yang khas, sehingga ada tingkah laku yang dianggap sebagai tingkah laku buruk. Yang sebenarnya merupakan tingkah laku yang wajar untuk fase tertentu. Para orang tua sering mengomentari perubahan kelakuan ini sebagai ‘dulu ia manis, patuh sekarang jadi bandel dank eras kepala” para ahli mengemukakan bahwa masa terang untuk tidak tenang pada anak trejadi silih berganti namun adanya perubahan itu lah perubahan cirri terjadinya perkembangan.
a. Setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sediri-sendri. Tempo perkembangan mausia pada umumnya tebagi dlam kategori cepat, sedang, dan lambat. Teori perkembangan yang selalu cepat atau terlalu lambat, biasanya menunjukkan kelainan yang relative sangat jarang terjadi.
b. Setiap orang akan megalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai.
c. Perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh menjadi besar, namun mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif, tertur, koheren dan berkesinambungan.
d. Dalam perkembangan terdapat masa peka. Ialah suatu masa dalam perkenbangan anak, saat suatu fungsi jasmani ataupun rohani, dapat berkembang dengan cepat jika nendapat latihan yang baik dan kontinyu.
B. Fase-fase perkembangan
1. Pengertian
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidipan individu yang di warna cirri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu.
2. Proses perkembangan
Secara umum, proses dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam perkenbangan sesuatu. Menurut Huelock (1980) merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan (developmental changes). Manusia, menurut Elzabeth B.hurlock takpernah statis atau berhenti. Karena perubahan-perubahan senan tiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas baik yang bersifat biologis maupun pesikologis.
Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” berlangsung dalam 3 tahapan.
a. Tahapan proses konsepsi (pembuahan selovun ibu oleh sel seperma ayah).
b. Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi, dari rahim ibu).
c. Tahapan proses perkembangan individu bayi menjadi seorang pribadi yang khas (development or selfhood).
Agar dapat memudahkan dalam mempelajari fase perkembangan akan dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu berdasarkan analisis, didaktis dan psikologis.
a. Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis
1. Aristoteles menggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewasa dalam tiga tahapan. Setiap tahapan lamanya 7 tahun, yaitu :
- Tahap I : dari 0,0 – 7,0 tahun (masa anak kecil/masa bermain)
- Tahap II : dari 7,0 – 14,0 Tahun (masa anak, masa sekolah rendah)
- Tahap III : dari 14,0 – 21,0 tahun (masa remaja / pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa).
Penahapan ini didasarkan pada geljala dalam perkembangan fisik (jasmani). Halini dapat dicirikan dari tahap I dan Tahap II dibatasi oleh pergantian gigi, tahap II dengan tahap III ditandai dengan mulai berfasenya organ-organ seksual.
2. Elizabeth Hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu yakni :
- Tahap I : fase renatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari.
- Tahap II : invancy (orok), mulai
a. Invancy atau neonates (dari lahir – 14 hari)
Fase ini merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan. Pada masa ini bayi mengalami masa tenang dan tidak banyak terjadi perubahan.
b. Masa bayi (antara 2 minggu – 2 tahun)
Lama kelamaan bayi muali berusaha melepaskan diri dimulai dengan belajar berdiri sendiri. Jadi, masa ini dimulai pada masa ketika anak sangat tergantung pada lingkungan dan kemudian karena perkembangan anak mulai berusaha menjadi lebih independent. Contoh : jalan sendiri.
c. Masa anak (2 – 10/11 tahun)
Masa ini, anak masih immature. Tanda-tanda khas : usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga ia merasa bahwa dirinya merupakan sebagian dari lingkungan yang ada. Penyesuaian social dilaksanakan dengan pergaulan dan berbagai pertanyaan. Pada usia tiga tahun, masa ini dikenal sebagai masa strum und drang dan periode haus nama. Usia 6 tahun merupakan masa penting untuk proses sosialisasi.
- Masa remaja (11/12 – 20/21 tahun)
Masa remaja adalah masa peralihan untuk transisi dari anak menuju dewasa. Masa remaja dibagi menjadi 3 bagian. Yaitu :
a. Pra remaja (11/12-13/14 tahun)
Masa ini merupakan masa yang sangat pendek, kurang lebih hanya 1 tahun. Untuk wanita 11/12-12/13 tahun. Untuk laki-laki 12/13-13-14 tahun. Dikatakan juga sebagai fase negative dan perkembangan fungsi-fungsi tubuh terutama seks.
b. Remaja awal (13/14-17 tahun)
Perubahan fisik terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya. Ketidakstabilan emosional karena ia mencari identitas dirinya.
c. Remaja lanjut (17-20/21 tahun)
Pada masa ini, ia berusaha memantapkan identitas diri dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional.
- Dewasa
Fase dewasa terbagi 2 bagian. Yaitu :
a. Dewasa awal (21-40 tahun)
Tahap ini adalah masa penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru. Dan harapan mengembangkan sifat-sifat, mengurus keluarga dan lain sebagainya.
b. Dewasa menengah (40-60 tahun)
Merupakan masa transisi, masa penyesuaian kembali eguilibrium – diseguolibrium. Masa yang ditakuti karena mendekati masa tua.
b. Tahap perkembangan berdasarkan didaktis
Dasar didaktis atau instruksional yang dipergunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan :
1. Apa yang harus diberikan kepada anak didik pada masa-masa tertentu
2. Bagaimana caranya mengajar atau menyajikan pengalaman belajar pada anak didik pada masa-masa tertentu.
3. Kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan yang dapat digolongkan ke dalam penahapan berdasarkan didaktis atau instruksional. Antara lain pendapat Commenius dan pendapat Rosseau.
- Commenius, dipandang dari pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang berlangsung dalam 4 jenjang. Yaitu :
a. Sekolah ibu untuk anak-anak 0,0 – 6,0 tahun
b. Sekolah bahasa ibu untuk anak-anak usia 6,0 -12,0 tahun
c. Sekolah latin untuk remaja usia 12,0 – 18 tahun
d. Akademi untuk pemuda-pemudi usia 18,0 – 24 tahun.
- Rosseau. Penahapan perkembangan menurut Rosseau adalah :
a. Tahap I : 0,0 – 2,0 tahun usia asuhan
b. Tahap II : 2,0 – 12,0 tahun masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra.
c. Tahap III : 12,0 – 15,0 tahun periode pendidikan akal.
d. Tahap IV : 15,0 – 20,0 periode pendidikan watak dan pendidikan agama.
c. Tahap perkembangan berdasarkan psikologis
Para ahli yang menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat digunakan sebagai masa perpindahan dari fase yang satu ke fase yang lain. Selama masa perkembangan pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan 2 kali. Yaitu :
1. Kira-kira pada tahun ketiga atau keempat
2. Pada permulaan masa pubertas
Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan dapat digambarkan melewati tiga periode, yaitu :
1. Dari lahir sampai kegoncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang biasa disebut masa kanak-kanak),
2. Dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang biasa disebut masa keserasian bersekolah.
3. Dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut kematangan.
C. Kriteria penahapan perkembangan
Perkembangan individu sejak lahir sampai masa kematangan dapat digambarkan sebagai berikut :
Fase-fase perkembangan individu
Tahap perkembangan | Usia |
Masa usia pra sekolah Masa usia sekolah dasar Masa usia sekolah menengah Masa usia mahasiswa | 0,0 – 6,0 6,0 – 12,0 12,0 – 18,0 18,0 – 25,0 |
1. Masa pra sekolah
Pada masa ini diperinci menjadi 2 masa, yaitu :
a. Masa vital : pada masa ini, individu menggunakan fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu sebagai masa oral (mulut) karena dipandang sebagai sumber kenikmatan dan ketidaknikmatan, pada tahun kedua anak telah berjalan dengan itu anak mulai belajar menguasai ruang.
b. Masa ekstotik. Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Dalam arti bahwa perkembangan anak terutama adalah fungsi panca indra.
2. Masa usia sekolah dasar atau masa keserasian bersekolah
a. Masa kelas rendah sekolah dasar. Kira-kira 6/7 tahun – 9/10 tahun
Beberapa sifat anak-anak pada masa ini seperti berikut :
- Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
- Sikap tunduk kepada peraturan permainan yang tradisional.
- Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
- Suka membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
- Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal maka soal itu dianggap tidak penting.
- Pada masa ini (terutama usia 6,0 - 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka raport) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
b. Masa kelas tinggi sekolh dasar, kira-kira umur 9,0/10,0 – 12,0/13,0 tahun.
Beberapa sifat khasnya adalah :
- Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang praktis.
- Amat realistis, ingin mengetahui, ingin belajar.
- Pada masa ini, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
Masa keserasian bersekolah ini diakhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut poeral. Sifat2 khas anak-anak masa poeral ini dapat disingkat dalam 2 hal. Yaitu :
- Ditunjukkan untuk berkuasa : sikap, tingkah laku dan perbuatan anak poeral ditunjukkan untuk berpuasa : apa yang diidam2kannya adalah si kuat, si juara, si jujur dan sebagainya.
- Ekstra versi : bererientasi keluar dirinya : misalnya, untuk mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya.
3. Masa usia sekolah menengah
Masa ini dapat diperinci lahi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut :
a. Masa pra remaja (remaja awal)
Masa pra remaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relative singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negative PD. Sifat remaja sehingga sering kali disebut masa negative.
b. Masa remaja (remaja madya)
Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernlai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa2kan), yang sebagai gejala remaja. Objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (personifikasi nilai2), pada anak laki2 sering atif meniru sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif mengagumi dan memujanya dalam hayalan.
c. Masa remaja akhir
Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dirinya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.
d. Masa kemahasiswaan
Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18,0 – 25,0 tahun. Mereka dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya. Dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.
III. KESIMPULAN
Setiap organism baik manusia amaupun hewan pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini tidak hanya fisik akan tetapi juga psikologis, baik dari masa prenatal sampai tua. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process) dan semua aspek perkembangan saling mempengaruhi dan mengikuti arah tertentu (step by step).
Referensi
- Irwanto. Psikologi umum, PT. Prenholindo, Jakarta. 2002
- Ln. Syamsu Yusuf. Psikologi perkembangan anak dan remaja. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. 2009
- Syah, Muhibbin. Psikologi perkembangan pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung. 2000
- Shobur alex. Psikologi umum. Pustaka setia, Bandung. 2003
Langganan:
Postingan (Atom)